Kamis, 02 Juli 2020

Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Habib tanggul)


Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Habib tanggul)
Pengarang Syair YA AHLA BAITIN NABI

Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecil
Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid, dilahirkan di desa Qorbah Ba Karman, Hadramaut, Yaman pada 17 Jumadul Ula tahun 1313 H bertepatan pada tahun 1895 M. Di dalam manakib disebutkan bahwa silsilah dan nasab Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid sampai pada Rasulullah SAW yaitu, dari cucunya Iman Husein bin Ali bin Abi Thalib. Berdasarkan garis keturunan tersebut, Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid termasuk ke dalam golongan sayyid. Pada golongan ini terbagi ke dalam kelompok- kelompok dengan jumlah yang sangat besar jumlah anggotanya. Di dalam tradisi keturunan Arab, setiap golongan dalam pemberian nama pada anaknya diikuti dengan marga dari kakek terdahulunya. Atas nasabnya tersebut, Habib Sholeh menyandang marga al-Hamid. Nasabnya menyambung sampai kepada Muhammad SAW yakni, dari garis keturunan ketiga puluh sembilan.

Habib Sholeh lahir dari keluarga seorang ulama sufi yang juga bekerja sebagai pedagang di Hadramaut. Ayahnya bernama Al Habib Muhsin bin Hamid sedangkan Ibunya bernama Aisyah. Menurut penuturan dari keturunannya saat di Hadramaut, Habib Muhsin kerap didatangi masyarakat Ba Karman untuk meminta barokah doa.Sedangkan Ibunya bernama Aisyah, berasal dari kalangan Al-Amudi dan nasabnya masih tersambung dengan Abu Bakar Asshidiq.

Berikut beberapa pendapat Habaib yang sezaman mengenai kepribadian Habib Sholeh yang termuat dalam Media Aswaja. Mereka mengakui keagungan derajat Habib Sholeh dan kemustajaban doanya.

Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi, Kwitang Jakarta mengatakan:
“Wahai Habib Sholeh engkau adalah orang yang doanya selalu terkabul dan engkau sangat dicintai oleh Tuhanmu dan segala perohonanmu selalu dikabulkan”

Al Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf, Jeddah, mengatakan:

“Sesungguhnya Habib Sholeh ini adalah seorang habib yang sangat agung kedudukannya dan amat tinggi martabatnya. Dan Dia doanya selalu terkabul dan sangat dicintai serta disegani”

Dari penuturan beberapa Habaib yang sezaman dengan Habib Sholeh menguatkan pendapat para pengikutnya bahwa Dia adalah orang yang sangat arif dan merupakan wali Allah SWT. Sehingga muncul keyakinan dikalangan mereka bahwa doa yang dipanjatkan oleh Habib Sholeh akan dikabulkan karena kedudukan tinggi martabatnya di sisi Allah SWT. Seperti konsep kedudukan yang dipaparkan oleh Soejono Soekanto mengenai ascribed status, merupakan status atau kedudukan yang diperoleh seseorang karena status yang melekat pada garis genealogisnya. Oleh sebab itu Habib Sholeh mendapatkan posisi dalam masyarakat karna dilatarbelakangi oleh genealogisnya yang bersambung dengan Nabi Muhammad SAW.

Riwayat Pendidikan
Habib Sholeh terlahir dari keluarga yang sederhana dan terdidik dalam lingkungan keagamaan yang baik. Sejak masih kecil Dia sudah diberikan bimbingan oleh ayah dan keluarganya. Pendidikannya dimulai dari daerah asalnya, Hadramaut. Pendidikan yang diajarkan oleh Habib Muhsin yakni mulai dari pendidikan dasar Islam, seperti dalam melaksanakan suatu praktik keagamaan dalam beribadah berdasarkan ajaran Rasulullah SAW. Disamping itu Dia juga mengerjakan Ilmu Fiqih dan Ilmu Tasawuf. Dia menimba pendidikan al- Qur’an di bawah bimbingan Asy-Syeikh Said Ba Mudhij di Wadi’ Amd, Hadramaut.

Pendidikan dalam keluarga yang sangat kuat menerapkan prinsip-prinsip keagamaan salaf, telah membentuk pribadi Habib Sholeh sebagai pecinta Ilmu. Sejak saat muda Dia gemar mengunjungi dan menimba ilmu dari da’i para ulama terkemuka. Dalam buku 17 Habaib Paling Berpengaruh di Indonesia Habib Sholeh bertemu beberapa Habaib terkemuka, dimana Dia menggali banyak Ilmu dan bertukar informasi.

Adapun ulama yang sering Dia kunjungi adalah Habib Abdullah bin Muhammad Assegaf (Gresik), Habib Husain Hadi Al Hamid (Mbrani – Probolinggo), Al- Habib Hamid bin Imam Al Habib Muhammad bin Salim as-Sry (Malang), Al Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Putra dari Habib Ali Kwitang Jakarta). Sikap gemar menyambung silaturahmi kepada para ulama dan auliya inilah yang menjadi salah satu sifat keturunan alawiyyin. Pendidikan yang diajarkan di kalangan alawiyyin berada di dalam lingkungan salaf. Sehingga Dia membentuk karakter yang shaleh dan berakhlak terpuji dalam dirinya. Menurut Weber otoritas keagamaan yang dibangun oleh suatu tokoh didasari atas beberapa aspek yang melegitimasi penguasaan Ilmu agama, serta kharisma yang dimiliki oleh tokoh tersebut.

Pernikahan dan Keturunannya
Sebagian besar para habib dan keturunan Arab lainnya datang ke Indonesia masih berstatus lajang, sehingga kemudian memperistri perempuan lokal. Hal ini sesuai dengan buku karya Van den Berg yang menjelaskan bahwa sebagian besar orang Arab Hadramaut berhijrah ke Nusantara belum berkeluarga, kemudian mereka menetap dan menikah dengan wanita lokal.Adapun wanita yang diketahui menikah dengan Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid, yaitu :

Seorang perempuan lokal bernama Khamsyi’ah , pada saat itu menjadi kembang desa di derah Tempeh Lumajang. Dari pernikahannya dengan wanita tersebut Habib Sholeh dikaruniai tiga anak diantaranya, Habib Abdullah (Alm) , Habib Ali (Alm) dan Syarifah Nur (Alm).
Setelah melanjutkan hidrah ke Tanggul Habib Sholeh menikahi seorang perempuan asli Tanggul bernama Siha, dan diketahui memiliki satu keturunan yaitu, Syarifah Fatimah. Dia sampai saat ini masih hidup dan tinggal di daerah Tanggul.
Habib Sholeh juga menikahi seorang perempuan lainnya asal Tanggul namun tidak diketahui namanya dan pernikahannya tersebut tidak dikaruniai anak.
Habib Sholeh mempersunting perempuan keturunan Arab bermarga Al Habsyi yang berasal dari Banyuwangi.Dia bernama Syarifah Fatimah binti Musthofa Al Habsyi. Atas pernikahnya Dia dikaruniai tiga anak yaitu, Habib Husain (Alm), Habib Ali (Alm), Syarifah Khodijah (masih hidup sampai saat ini).

Dengan pernikahannya ini Habib Sholeh memberikan pendidikan dasar Islam bagi penerus-penerusnya yang diharapkan dapat mendukung pengajaran Islam kelak. Khususnya dalam meneruskan nilai-nilai dakwah Islam yang telah ditanamkan oleh Habib Sholeh. Sehingga nilai- nilai dakwah yang telah disampaikan oleh Habib Sholeh dan para keturunannya bisa dengan mudah diterima masyarakat karena Dia memiliki garis keturunan golongan sayyid yang sangat dihormati. Hal ini merujuk pada konsep tokoh pendakwah sebagai mediator yang menafsirkan pesan Tuhan untuk umat, sehingga peran inilah yang menjadi salah satu sumber otoritas keagamaan yang dimiliki oleh Habib Sholeh yang didasari oleh garis genealogi.Sehingga Dia memperoleh kepercayaan kuat dari masyarakat serta para penduduk menaruh hormat kepadanya.

Karya Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid
Semasa hidup Habib Sholeh terkenal sebagai seorang Sastrawan yang pawai dalam merangkai syair-syair. Hal ini dikuatkan oleh penuturan salah satu keturunan Dia, semasa hidupnya Habib Sholeh gemar melantunkan syair-syair pujian kepada Allah SWT. Kemudian syair-syair tersebut dirangkai oleh salah satu muridnya bernama Uztad Abdullah Zahir. Kumpulan syair- syair tersebut dibukukan, kemudian diberi nama “Diwan Al-Isyqi Was- Shofa Fi mahabbati Al- Habib Al- Musthofa” yang memiliki arti (Antologi Asmara Nan Suci Tentang Cinta Nabi Terkasih Al- Musthofa). Di dalam kitab tersebut termuat sebanyak 105 qasidah yang dicetak menjadi 59 halaman. Dimana pada setiap qosidah terdapat tema pembahasan yang berbeda- beda.

Habib Sholeh mengungkapkan rasa cinta pada Rasulullah, Ahlul Bait serta nasehat-nasehat dalam rangkaian syair arab dalam model Assyi’rul Humaini (semacam puisi rakyat Yaman) dan menggunakan tingkat kebahasaan yang sangat tinggi, bukan sejenis Syair Arab Fusha yang bisa dipelajari menggunakan Ilmu Arudh. Menurut penuturuan keturunan Dia, karya syair Habib Sholeh memilki tingkatan sastra yang sangat tinggi. Beberapa keluarga ataupun ulama sudah mencoba beberapa syair untuk diterjemahkan. Namun mereka mengakui kerumitan dalam proses penggubahannya.

Salah satu qasidah Habib Sholeh yang terkenal dan sering dilantunkan oleh para munsyid yaitu, Qasidah Ya ahla Baitin Nabi. Dalam syair ini, Habib
Sholeh mengungkapkan tentang keutamaan mencintai keluarga Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar